“ Kamu sudah
punya calon ? ” Tanyaku penasaran .
“ Cie-cie ,
kepo sama calonku yaaa? ” Ledeknya, membuatku mendengus kesal. Aku memang orang
yang cukup gengsi untuk mengakui perasaan sendiri. Wanita memang rumit, bukan?
“ Ya ada sih,
masih bingung sebenarnya . Tapi tinggal memantapkan hati lagi saja, untuk
mengambil langkah yang lebih serius kedepan .” Tukasnya dengan nada serius.
“ Ooh, jadi
udah ada nih? Kok nggak pernah cerita?
Oke selamat memantapkan hati, semangat yaa! ” ucapku sambil menepuk
keras pundak Ardi. Ardi, lelaki yang tiga tahun pernah mengisi ruang hati dan
hari-hariku. Jangan Tanya bagaimana hancurnya perasaanku kala itu. Mataku panas
, dadaku sesak sekali. Namun tak kubiarkan satu tetes embunpun lolos dari daun
kelopaknya. Kupenjarakan air mata ini di kelopak mata , namun terasa deras juga
tangis di dalam dada. Aku harus kuat dan ikhlas , bukan?
“ Memangnya
kenapa kamu masih ragu? Apa dia tidak secantik aku? ” Tanyaku penasaran.
Sengaja kuselipkan candaan agar Ardi tidak tahu ada api cemburu yang
kusembunyikan.
Ardi hanya
tersenyum, lalu mengelus pelan puncak kepalaku.
“ Kamu masih
sama ya Re , selalu bisa menutupi perasaanmu. ”
“ Ya, sama
saja sih permasalahannya . Tapi sedikit demi sedikit dia mengerti dan mau berusaha
agar aku dapat menyukainya. Aku sempat sedikit tertarik , tapi entahlah.. ”
ucapan terakhir Ardi menohok perasaanku. Aku menarik nafas dalam-dalam . Aku
harus tetap tenang di depannya.
“ Apa sih
Di, kok serius banget Sampai mau nangis gitu? Memangnya permasalahan apa yang
menghambat hubungan kalian? Ingat umur Di, kau sudah pantas dipanggil Ayah. ”
Ucapku masih saja dengan nada bercanda . Aku hanya tidak ingin terbawa suasana
jika Ardi tetap sedih seperti ini.
“
Permasalahannya , itu kamu .” Ardi menengok kearahku .
“ Aku masih
sayang kamu Re.. ” Ardi menunduk setelah menatapku cukup lama.
“ Maaf , aku
harus pulang dulu .” Aku beranjak dari samping Ardi , namun tanganku sudah
lebih dulu ditarik olehnya.
“ Re, kenapa
sih kamu selalu menghindar kalau aku mengungkapkan perasaanku? Apa salah kalau
aku masih sayang kamu? ”
Aku tak
mampu membendungnya lagi. Pertahananku melemah mendengar suara parau Ardi. Air
mata dari penjaraku luruh diiringi senja yang menyambut gelap malam.
Gelap,seperti perasaanku saat ini.
“ Re, sudah
dua tahun semenjak kita berpisah, nggak sedikitpun hatiku beranjak dari kamu.
Nggak pernah sekalipun nama kamu terhapus dari sini Re.” Ucap Ardi sambil
mengarahkan tanganku di dadanya.
“ Apa sudah
tidak ada harapan untuk aku kembali denganmu? Apa kamu bahkan pernah
mencintaiku sedalam ini, Re? ” Ardi terdiam sejenak. Aku hanya menunggunya
menyelesaikan semua pertanyaan yang ia pendam.
“ Atau
memang sudah ada tempat lain untuk hatimu berlabuh? ” Tanya Ardi pelan, hampir
tak terdengar. Ardi menunduk dalam. Aku bisa melihat betapa kacau raut wajahnya
saat ini.
“ Ardi..”
Aku memanggilnya pelan. Tatapanku kosong kedepan . Ardi menengok ke arahku .
Namun aku terlalu lemah, tak mampu menatap sorot matanya yang sempat membuatku
jatuh cinta. Bahkan sampai saat ini.
“ Apa kamu
pernah melihat aku berhasil membangun hubungan dengan orang selain kamu? Apa
kamu tahu berapa kali aku mencoba bangkit dan membangun hati kembali? Sakit Di,
sakit sekali menyadari hatiku masih saja tertinggal di masa lalu! ” Aku memukul
dadaku . Sesak sekali, hingga membuatku kesulitan untuk bernafas. Selama ini
aku hanya diam menyimpan perasaan tanpa ada siapapun yang tahu bahwa Reana
Ananda hanyalah wanita rapuh yang hidup berjalan pada poros masa lalu.
Ardi
memegang kedua pundakku lalu mengecup pelan puncak kepalaku. Aku masih menunduk
dan terisak .
“ Reana,
kalau kita memang masih memiliki perasaan yang sama, lalu kenapa kita tidak
mencoba memperbaiki lagi? Aku hanya ingin melanjutkan dan merawat kisah cinta
ini denganmu, bukan memulai lagi dengan orang lain. ”
“ Nggak
bisa, Ardi. Kalau memang kita cocok dan bisa bertahan, lalu kenapa hubungan
kita dulu harus diwarnai oleh perpisahan? ” pertanyaanku membuat Ardi terdiam.
Sepertinya ia sudah hilang akal, tidak tahu lagi cara meyakinkanku.
“ Ardi, Aku
masih sangat mencintaimu. Namun jurang pemisah diantara kita terlalu luas dan
dalam. Kita hanya akan tenggelam dan tak sanggup berenang ke tepian, jika terus
memaksakan. Kamu tahu betul kan, kita tidak akan bisa melangkah tanpa restu kedua
orang tuamu? Menikah bukan hanya soal cinta kita,Ardi, tapi juga tentang
menyatukan cinta kedua keluarga. Apa tiga tahun kebersamaan kita belum cukup
membuktikan betapa rumit dan sulitnya jalan yang kita tempuh? ” Ucapku tulus
sambil memegang tangannya. Memberikan kekuatan agar ia mengerti maksudku.Aku
hanya tidak ingin menuruti ego dan menyakitinya kelak. Aku tetap ingin Ardi
bahagia dan dicintai oleh keluarganya.
“ Kau tahu,
Ardi? Sepanjang perpisahan kita, aku masih saja sempat membayangkan, bagaimana
jika Tuhan berbaik hati merubah takdir dan menyatukan kita. Bukankah aku akan
menjadi wanita yang paling bahagia? ” Ucapku sembari tersenyum memandangi
bintang-bintang di langit. Senja yang indah telah usai, membuat para anak
manusia sadar bahwa ada gelap malam dibalik keindahan senja. Keindahan
terkadang memang pergi secara tiba-tiba, lalu menyisakan luka yang tak disangka
sebelumnya.
“ Bodoh
sekali angan-anganku , tapi hanya itu kemampuanku, hidup dalam kenangan dan
membangun angan bersamamu .”
“ Cukup, Re.
Aku butuh waktu untuk mengerti semua ini. Maaf jika aku menyakitimu dan hanya
mementingkan perasaanku. Butuh waktu lama untukku menerima ini. Karna selama
ini harapanku selalu kugantungkan padamu,Re. Ternyata mengikhlaskan tak pernah
benar-benar mudah. ” Ucap Ardi sembari tersenyum kecut. Kami sudah pasrah
dengan permainan takdir dan waktu.
“ Di, boleh
minta peluk sebentar? ” pintaku.
Ardi
mendekat dan memelukku . Ia mengelus sayang kepalaku. Aku selalu merasa tenang
dan aman dalam dekapan pria satu ini. Entah apa yang membuatku sejatuh ini
dalam peluknya.
“ selamanya
juga boleh, sayang ”
DEG !!
Rindu sekali
dengan panggilan ini. Aku merapatkan pelukanku. Kuizinkan segala rindu yang
menimpaku luruh dalam peluknya.
Aku
ingin seperti ini , selamanya. Kami tertawa bersama angin dan waktu yang entah
kemana ia ingin membawa. Aku ingin peluknya adalah tempat terakhir aku
membenamkan kepala. Tuhan, aku ingin waktu berhenti di sini saja . Ya, terus
seperti ini saja.
Dibalik
cie ternyata ada cemburu , cita dan cinta yang tak terlihat nyata namun rasanya
, ada ..
Leora Jun



