“ senyummu indah ,” katamu waktu itu .
“ jangan tersenyum , kamu terlalu
sempurna .nanti aku tidak bisa lupa . ”
Dulu , kita bagai
dua ekor burung yang saling cinta . Berjalan berdampingan , terbang bergandeng
tangan atau menikmati senja dengan menatap sunset bersama . Lalu kini jarak
telah membawa kita jauh berjalan bertolak belakang dan saling meninggalkan. Apa
kamu tidak pernah mencari senyumku , seperti aku yang selalu berharap menemukan
tatapan teduhmu?
Pada suatu masa dimana kita saling
merangkai cita-cita bersama , kita duduk di bawah pohon rindang sembari
bercengkarama.
“ Kalau aku ingin punya anak tujuh
,” katamu .
Aku tertawa
melihat angan-angan kita yang lepas . Seperti hanya terbang dengan bebas.
Waktu demi waktu telah berlalu .
Tanpa terasa delapan tahun sudah kita bersama . Sungguh penuh suka duka ,
tangis tawa yang mengisi hari-hari kita . Kenangan demi kenangan kita rajut
bersama . Seolah percaya bahwa dunia hanya milik kita berdua . Tiba masa dimana
jarak telah mengambil alih langkah kita . Kau memilih pergi , dengan dia yang
kau kata lebih kamu cinta . Dengan dia yang kau kira lebih bisa merasakan
cinta. Aku terduduk , terkulai lemas . Lalu kamu kira delapan tahun ini apa?
Aku mengejarmu untuk waktu yang lama
. Berharap bahwa semua akan baik-baik
saja. Berharap bahwa ini hanya candaan semata . Namun setelah jatuh bangun aku
mengejar , kau semakin jauh menghindar . Lambat laun aku mulai sadar , bahwa
aku telah lumpuh dan tak kuasa lagi mengejar . Tuhan , aku lemah. Aku
benar-benar tertinggal.
* * *
Sudah bertahun lamanya kita hidup tanpa
jumpa . Aku mengobati kelumpuhanku yang mengidap sekian lama . Setiap hari
menjelang senja aku selalu datang di tempat terakhir kali kita berjumpa.
Berharap aku bisa melihatmu untuk terakhir kalinya , sebelum aku benar-benar
melepaskan semuanya. Lalu tanpa sengaja aku melihatmu di kafetaria . Yang
membuatmu tak malu mengajak bertegur sapa. Tuhan , aku benar-benar rindu dia.
“ Hay , apa kabar? ”
Satu kata darimu , namun mampu
membuatku kembali rapuh . Aku menguatkan diriku yang mulai gemetar di hadapanmu
. Aku tidak ingin kembali lumpuh. Aku tersenyum padanya , keadaanku baik-baik
saja .
“ Senyummu masih yang paling
sempurna . Aku akan iri kepada siapa kelak yang akan memiliki senyum itu
seutuhnya .” Katamu seperti biasanya. Aku tidak minat berlama-lama berhadapan
dengan orang yang membuatku hancur tak bersisa . Aku memutuskan pergi . Aku tak
sekuat itu untuk menatap lekat teduh matamu . Aku rindu , namun benci . Aku
cinta , namun sudah tak ingin memiliki.
Kau mengejarku , memelukku ,
melepaskan segala kerinduanmu . Aku menangis tersedu dalam dekapmu .
“ Tidak ada yang lebih baik darimu ,
hanya kau yang pantas untuk dicintai . Maaf , aku takut kehilanganmu .”
Aku terdiam . Ku pandangi teduh mata
orang yang benar kucinta . “ Kau yang tak pantas kucintai kembali . Kisah kita
telah usai . Jangan coba untuk kembali memulai , setelah apa yang sudah kau
lerai . ” Aku memaafkannya , tapi aku tidak pernah lupa .
Meninggalkanmu sendiri mematung .
Mungkin kau terkejut dengan keberanianku melepasmu . Lega telah menyelesaikan
rinduku . Aku percaya semua akan baik-baik saja.
* * *
Aku percaya hari esok akan lebih
cerah . Sesaat setelah kau pergi , aku benar-benar sendiri . Rindu yang selalu
kupaksa tuntas , kini telah usai dan bergerak lepas . Kau tetap terbaik di
hatiku . Semesta hanya mengambilmu dari genggamanku , namun tidak dari hatiku.
Jarak pandangku tak lagi mampu menangkap sosokmu , namun senyummu tetap ku
temukan pada kenangan yang tertata rapi dalam ingatan . Semua akan baik-baik
saja . Dengan atau tanpaku kau harus tetap bahagia .
Kekasihmu
, Leora Jun

0 komentar:
Posting Komentar